Pentingnya Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah

maxresdefault

Nadjematul Faizah

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta nadjematulfaizah@iiq.ac.id

 

ABSTRAK

Pembentukan karakter Islam pada siswa sangat penting untuk membentuk siswa yang memiliki etika dan tatakrama terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan karakter-karakter Islami yang dapat ditanamkan pada siswa di sekolah. Metode kajian dengan kualitatif deskripstif dengan metode pengumpulan data dengan studi dokumnetasi. Teknik analisa kajian dengan reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil kajian menunjukkan: penanaman karakter Islami di sekolah dapat dilakukan dengan menanamkan: (1) karakter keimanan siswa dengan menanamkan keyakinan pada rukun Iman (percaya kepda Allah SWT, percaya pada kitab Allah SWT, percaya pada nabi, percaya pada malaikat, percaya pada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, dan percaya pada hari kiamat) serta yakin pada rukun Islam (membaca syahadat, sholat, zakat, berpuasa dan haji). (2) pembentukan karakter sikap Islami yaitu jujur, dapat dipercaya, cerdas, dan menyampaikan. (3) pembentukan karakter perilaku Islami yaitu suka menolong, ramah, saling mencintai dan saling menghargai.

Kata kunci: pendidikan, karakter, Islam

ABSTRACT

The formation of Islamic character in students is very important to form students who have ethics and manners towards themselves, others and the environment. The purpose of this paper is to describe Islamic characters that can be instilled in students in schools. The study method is descriptive qualitative with data collection methods with documentation studies. Study analysis technique with reduction, display data and draw conclusions. The results of the study show: instilling Islamic character in schools can be done by instilling: (1) the character of students’ faith by instilling faith in the pillars of Faith (believing in Allah SWT, believing in the book of Allah SWT, believing in prophets, believing in angels, believing in greatness and the power of Allah SWT, and believe in the Day of Judgment) and believe in the pillars of Islam (reading the creed, praying, zakat, fasting and hajj). (2) the character of the formation of an Islamic attitude, namely honest, trustworthy, intelligent, and conveying. (3) the character of the formation of Islamic behavior, namely helping, friendly, loving and respecting each other.

Keywords: education, character, Islam

A.     PENDAHULUAN

Siswa adalah anak yang dititipkan oleh orang tua nya untuk mengenyam pendidikan di suatau lembaga pendidikan (sekolah) dengan tujuan mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka tidak didapatkan dalam pendidikan keluarga. Maka untuk membentuk siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupannya, maka sekolah perlu menanamkan beberapa ilmu pengetahuan kepada siswa yang berfungsi sebagai dasar pembentukan karakter siswa di sekolah. Pembentukan karakter pada siswa harus sejalan dengan nilai kemusiaan, agama, dan sosial masyarakat agar dapat membentuk siswa yang memiliki kualitas yang baik berdasarkan pada potensi dan kemampuan siswa (Baidowi, 2020).

Pembentukan karakter siswa di sekolah berkenaan dengan bagaimana cara sekolah membentuk sifat, sikap dan perilaku siswa di sekolah sehingga terbentuk karekter siswa yang sesuai dengan norma agama, masyarakat, bangsa dan negara. Dunia pendidikan saat ini sangat membutuhkan pengintegrasian karakter dalam proses pembelajarannya, karena dengan mengintegrasikan karakter sekolah dapat memaksimalkan perkebangan kognitif, fisik, sosial- emosional, kreativitas serta spiritualiatas siswa di sekolah (Sahroni, 2017). Dengan pendidikan karakater, sekolah dapat membentuk manusia yang bermoral, cerdas inovatif dan suka bekerja keras, optimis dan percaya, serta berjiwa patriot (Normawati & Hasrian, 2018).

Pembentukan karakter yang baik bagi siswa adalah karakter siswa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan non akademik siswa seperti pembentukan karakter sikap dan perilaku siswa di sekolah maupun di masyarakat. Karakter tersebut antara lain karakter agamis (berbudaya agama), jujur, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, cinta bangsa dan negara, cinta lingkungan sekitar, memiliki rasa sosial yang tinggi dan lian sebagainya. Pembentukan karakter-karakter demikian sangatlah penting bagi siswa karena sebagai dasar bagi siswa untuk mencari ilmu yang bermanfaat serta sebagai bekal dasar untuk menjalani real kehidupan di masyarakat kelak.

Maka berdasarkan pada penjelasan di atas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam membentuk katakter siswa di sekolah khususnya karakter islami siswa di sekolah. mengapa harus karakter Islam? Pembentukan karakter Islami sendiri sangat identik dengan pembentukan akhlak dan etika seseorang yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadits demi terciptanya hubungan yang baik dengan sesama manusia (hablumminannas) dan tuhannya (hablumminallah). Dalam konteks Islam, pendidikan karakte biasa disebut dengan kata pendidikan “moral” atau akhlak, pendidikan moralitas bagi siswa di sekolah agar mereka tumbuh menjadi manusia yang mulia, manusia yang memberi manfaat bagi makhluk lainya yaitu menjadi ibadurrahman yang selalu berperan dalam kemajuan sebagaimana fungsinya sebagai kholifah fil ardl (Muhsinin, 2013). Yang membedakan tulisan ini dengan yang lain adalah penulis menjelaskan tentang karakter-karakter Islami apa saja yang seharusnya dikembangkan oleh sekolah kepada siswanya.

B.     METODE PENELITIAN

Metode kajian ini dengan kualitatif deskriptif dimana kajian ini dilakukan dengan mendeskripsikan data ke dalam bentuk kalimat yang lengkap dan kompleks. Jenis kualitatif yang digunakan adalah studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data berupa tulisan atau gambar dan lain sebagainya yang bersumber dari buku, internet (website) atau artikel ilmiah yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan pendidikan karakter Islam. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan beberapa dokumen berupa tulisan baik yang bersumber dari artikel ilmiah, buku, atau laman internet atau website.

Teknik analisa data dengan pertama reduksi, peneliti menganalisis dan mengkaji beberapa sumber pustaka yang dijadikan bahan rujukan yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan tujuan penulisan. Kedua penyajian data adalah proses menampilkan data hasil kajian dalam bentuk kalimat, gambar, dan tabel untuk menginterpretasikan data yang telah didapatkan. Ketiga penarikan kesimpulan, dilakukan dengan cara membuat kesimpulan berdasarkan pada kajian pustaka yang di dapat peneliti dari berbagai sumber. Dalam hal ini peneliti membuat kesimpulan tentang pendidikan karakter, pendidikan Islam dan karakter dalam pendidikan Islam.

C.     HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan untuk membina dan membentuk kepribadian siswa baik dari aspek perilaku, keterampilan, sikap melalui kegiatan pengembangan diri siswa baik yang bersifat akademis maupun nonakademis di sekolah (Baidowi, 2020). Pendidikan karakter merupakan upaya menanamkan nilai karakter kepada siswa yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yan Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan (Omeri, 2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah salah satu cara yang dilakukan sekolah untuk membentuk karakter (mempunyai ciri khas) pada diri siswa baik dari sisi sikap atau perilakunya.

Mulyasa menjelaskan bahwa beberapa model yang dapat diterapkan pada pendidikan karakter antara lain pembiasaan dan keteladanan, pembinaan disiplin, hadiah dan hukuman, contextual teaching and learning, role playing dan participative instruction (Pertiwi, 2020). Adapaun hasil penelitian dari Baidowi menjelaskan beberapa strategi pembentukan karakter pada siswa di sekolah antara lain: pertama melalui kegiatan intrakurikuler dengan cara penguatan pembelajaran dengan membentuk karakter sesuai dengan tema atau materi ajar dan dengan paradigma spriritual dengan menyisipkan nilai keislaman dalam proses pembelajaran. Kedua melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu pembentukan karakter kepemimpinan, mandiri, memecahkan masalah, dan cinta alam pada ekstrakurikuler pramuka; pembentukan karakter kepemimpinan, tanggung jawab, dan membuat keputusan pada ektrakurikuler kepemimpinan; membentuk karakter religious, akhlak, tertib pada ekstrakurikuler mengaji; serta membentuk karakter berani, berfikir positif, seni komunikasi, mempengaruhi orang lain pada ekstrakurikuler da’i/dakwah (Baidowi, 2020).

Terdapat 6 langkah pengimplemnetasian pendidikan karakter yaitu pertama mendesain karakter pada masing-masing bidang studi yang akan dipelajari oleh siswa. Kedua mengekplore nilai-nilai yang mungkin dapat dikembangkan pada masing-masing bidang studi. Ketiga melakukan pembiasaan pada masing-masing nilai dalam bidang studi. Keempat mengintegrasikan seluruh nilai-nilai yang dijarakan pada kehidupan sosial siswa melalui praktek yang dilakukan di sekolah. Kelima penyadaran bagi seluruh guru atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah untuk selalu mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. Keenam dilakukannya evaluasi dan kontrol untuk perbaikan terhadap pendidikan karakter yang telah diimplementasikan (Muhsinin, 2013).

Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk memberikan atau menanamkan suatu pengetahuan kepada orang laingara menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan Islam adalah suatu bentuk pendidikan yang dasar pemikiran dan materinya berlandasakan pada ajaran agama Islam. Pendidikan Islam merupakan proses pendidikan yang dilakukan guru kepada siswa agar siswa mempunyai akahlakul karimah sebagai tujuan akhir dari pendidikan Islam (Firmansyah, 2019). Output dari pendidikan berbasis agama sangat erat kaitannya dengan pembentukan manusia yang patuh pada agama dan tuhannya dan memiliki akhlak mulia baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, berbangsa ataupun bernegara.

Hasan Langgulung menjelaskan pendidikan Islam sebagai proses pembentukan seseorang agara depot mencapai derajat yang tinggi sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah di bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan berlandaskan pada ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW (Awwaliyah & Baharun, 2018). Muhaimin menjelaskan beberapa karakteristik pendidikan Islam yaitu pendidikan yang berusaha menjada akidah; memelihara nilai-nilai ajaran yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits; pendidikan yang menonjolkan iman, ilmu dan amal; membentuk manusia yang sholeh baik indovidu ataupun sosial; menjadi landasan pengembangan moral dan etika manusia; mengandung entitas-entitas yang rasional dan supra rasional serta pendidikan yang tema pembelajarannya berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil dari sejarah Islam (Mahmudi, 2019).

Tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk jasmani, rohani dan psikologis (mental atau cara berfikir) seseorang sesuai dengan ajaran Islam. Pertama, membentuk jasmani sesuai ajaran Islam, bahwa pendidikan Islam telah mengajarakan seseorang tentang pendidikan yang berkaiatan dengan bentuk fisik atau tubuh seseorang seperti menutup aurat, cara makan yang sopan, cara berjalan yang sopan dan lain sebagainya. Kedua, membentuk rohani sesuai ajaran Islam, yaitu pendidikan Islam mengajarkan bagaimana manusia meningkatkan keimanan dan ketaqawaan terhadap Allah SWT. Ketiga, membetuk psikis atau psikologis sesuai ajaran Islam, bahwa pendidikan Islam menghendaki manusia atau seseorang untuk mempunyai pemikiran yang baik terhadao diri sendiri ataupun orang lian seperti tidak iri, berbaik sangka, tidak sombong dan lain sebagainya.

Karakter Islami Siswa di Sekolah

Muchlas Samani mengartikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Nurfirdaus & Risnawati, 2019). Sedangkan pendidikan karakter dalam Islam berarti pendidikan karakter yang didasarkan pada ajaran Islam sebagai substansi materi yang produknya adalah karakter Islami yaitu karakter yang sesuai dengan ajaran Islam (Muhsinin, 2013). Beberapa karakter yang harus diperhatikan dalam membentuk karakter Islami siswa di sekolah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama yaitu sebagai berikut:

  1. Membentuk Karakter Keimanan Siswa

Iman berasal dari kata arab yaitu imana yang artinya mempercayakan. Sedangkan secara harfiah iman diartikan sebagai percaya dalam hati. Sehinggan keimanan dapat diartikan sebagai derajat kepercayaan dan kepasrahan seorang individu kepada tuhannya. Tingkat keimanan mencerminkan seberapa besar kecintaan seseorang kepada yang khaliq dengan cara menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Keimanan sendiri tidak hanya tingkat kepercayaan di hati saja, namun harus diikuti dengan perkataan dan perbuatan baik kita kepada Allah dan sesama manusia sebagai bukti yang sahih tingkat keimanan kita terhadap Allah SWT. Iman bukan merupakan benda, namun merupakan energi spiritual yang mengendalikan dan mengarahkan ego seseorang untuk mengerti, memilih dan menjalani kebenaran yang ada karena pada hakikatnya iman tidak percaya akan adanya Tuhan saja tetapi tentang bagaimana kita mengaktualisasikan kebaikan dalam kehidupan sehingga iman yang tidak melahirkan kesalehan yang bertindak kearah dusta (Shofaussamawati, 2016).

Pembentukan karakter keimanan siswa adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk membentuk karakter kepercayaan siswa yang mengarah pada spiritualitas siswa. Dalam pembentukan karakter kepercayaan ini, terdapat dua karakter kepercayaan penting yang sangat melekat dengan keimanan siswa di sekolah yaitu:

  1. Karakter Percaya pada Rukun Iman

Rukun iman merupakan hal-hal pokok yang harus dijalani oleh seseorang sebagai dasar mempercayai atau meyakini agamanya. Pada dasarnya rukun iman sendiri terdiri dari 6 kepercayaan dan cara penanaman karakternyapun berbeda-beda, beberapa cara penanaman karakter kepercayaan pada rukun iman adalah sebagai brikut:

  • Karakter Percaya pada Allah SWT

Pembentukan karakter percaya kepada Allah SWT di sekolah dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa untuk selalu mengucapkan nama Allah SWT (Asmahul Husna) pada setiap tindakan yang dilakukan siswa baik dalam tindakan yang terlihat seperti belajar atau tindakan yang tidak terlihat yaitu berdzikir dalam hati. Karakteryang terbentuk dari mengucapkan nama Allah adalah karakter “keterbiasaan/membiasakan diri” untuk mengucapkan nama- nama Allah (Asmaul Husna). Karakter demikian sangatlah penting diberikan, untuk mengingatkan kepada siswa bahwa Allah SWT adalah satu-satunya dzat yang Maha Agung dan pemilik serta penentu apa yang terjadi pada langit, bumi beserta isinya. Karakter ini juga akan memberikan dampak yang sangat baik kepada siswa untuk terus menjadi individu yang beriman dan bertaqwa kepada sang khaliq. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah, tiada Tuhan selain-Nya dan ini termasuk salah satu bentuk akidah yang mengarah pada Iman kepada Allah (Utari, et al., 2019).

  • Karakter Percaya pada Kitab Allah SWT

Beriman   dengan   kitab   Allah    yang    diturunkan    kepada    rasul- rasul sebagai rahmat kepada alam semesta yang menjadi petunjuk untuk mencapai kebahagiaan dunia dan di akhirat dan juga sebagai pedoman hidup dan penyelesai masalah yang terjadi pada seluruh umat manusia (Indana, Fatiha, & Ba’dho, 2020). Pembentukan karakter ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan mengenali nama-nama kitab yang telah diturunkan ke muka bumi dengan menghafal nama-nama kitab Allah SWT. Tujuan mengenali nama-nama kitab adalah untuk membentuk karakter cinta dan percaya kepada kitab Allah. Kedua dengan cara membaca kitab-kitab Allah SWT khusus nya Al-Qur’an. Membaca di sekolah dapat dilakukan dengan cara membaca surat pendek di setiap awal masuk kelas (sebelum pembelajaran dimulai) atau dengan cara mengadakan pertemuan atau kegiatan khusus untuk membaca dan mengakaji Al-Qur’an (dapat berbentuk kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan rutin lainnya). Tujuan dari membaca ini adalah untuk membentuk karakter “kebiasaan” membaca AL-Qur’an baik di rumah ataupun di sekolah.

  • Karakter Percaya pada Rosul

Pembentukan karakter ini dapat dilakukan dengan menghafal nama-nama nabi atau rosul beserta wahyu atau keistimewaan yang telah diturukan Allah SWT kepada para nabi. Tujuan dari menghafal ini adalah untuk membentuk karakter kecintaan siswa terhadap para nabi. Selain itu sekolah melalui guru agama dapat memberikan contoh sikap dan perilaku nabi kepada siswa untuk membentuk karakter siswa yang sholeh dan sholehah. Allah telah mengutus rasul-Nya untuk memberi petunjuk kepada seluruh umat manusia makhluk-Nya untuk kehidupan dunia dan akhiratnya dengan mengajak seluruh manusia agar beribadah kepada- Nya semata dan mengingatkan manusia agar tidak terjerumus kepada kesyirikan dan kekufuran (Hariyani, 2014).

  • Karakter Percaya pada Malaikat

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang selalu menjalankan tugas-tugasnya dan tidak pernah melanggar perintah Allah SWT yang diciptakan dari cahaya serta tidak dapat dilihat atau diindrai dengan pancaindera manusia (Santi & Khairunnisa, 2019). Pembentukan karakter percaya kepada malaiakt dapat dilakukan dengan menghafal nama-nama malaikat beserta tugas yang diberikan Allah SWT kepada malaikat. Tujuan dari mengahfal ini adalah untuk membentuk karakter percaya siswa kepada semua makhluq yang dicipatakan oleh Allah SWT baik yang terlihat ataupun yang tidak terlihat dengan kasat mata.

  • Karakter Percaya pada Hari Akhir (Kiamat)

Sekolah dapat memberikan pengetahuan kepada siswa akan hari akhir, hari dimana seluruh langit dan bumi berseta isinya akan dilenyapkan oleh Allah SWT dan manusia akan dimitai pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang dilakukan semasa hidup di dunnia. Karakter yang dapat dibentuk dari percaya kepada hari akhir ini adalah karakter waspada dan berhati-hati dalam bersikap atau bertingkahlaku kepada siswa. Iman kepada hari akhir mencakup keimanan terhadap segala apa yang diberitakan Allah dan rasul-Nya yang berkaitan dengan hari akhir seperti tentang apa yang akan terjadi setelah datangnya kematian, seperti mengenai fitnah kubur, adzab atau nikmatnya (Indana, et al., 2020).

  • Karakter Percaya pada Qadha dan Qadar Allah SWT,

Sekolah melalui guru dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai pengendali isi tata surya ini. Iman kepada qadha dan qadar memberikan pengetahuan bahwa manusia wajib meyakini kemahabesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai otoritas tunggal dalam menurunkan dan menentukan ketentuan apa saja bagi makhluk ciptaan-Nya (Santi & Khairunnisa, 2019). Karakter yang dapat dibentuk dari percaya kepada qadha dan qadar adalah karakter ikhlas, rendah hati serta pasrah kepada takdir Allah SWT.

  1. Karakter Percaya pada Rukum Islam

Rukun islam merupakan hal-hal pokok yang menjadi harus dilakukan oleh seseorang sebagai dasar menjalankan perintah agama yang diyakininya. Pada dasarnya rukun Islam sendiri terdiri dari 5 perbuatan dengan cara penanaman karakter yang berbeda-beda sebagai berikut:

  • Karakter Membaca Syahadat

Syahadat berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi dan secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, ikrar setia dan pengakuan (Karim, 2017). Syahadat adalah kalimat yang berisi pernyataan tentang kesaksian manusia kepada Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan di alam semesta yang wajib disembah dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT sebagai nabi pemberi syafaat kepada seluruh umat manusia. Karakter yang dapat dibentuk yaitu menumbuhkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta menumbuhkan rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW. Dalam upaya pembentukan karakter ini sekolah dapat memberikan pengetahun kepada siswa melalui proses pembelajaran dalam kelas tentang pendidikan agama islam atau pembelajaran di luar kelas seperti menempel poster atau tulisan yang berisi keesaan dan keagungan Allah SWT.

  • Karakter Melaksanakan Sholat

Sholat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim di dunia yang didalamnya berisi gerakan dan bacaan khusus tentang sholat. Sholat yang harus dilakukan dalam agama Islam terbagi atas 5 waktu yaitu sholat subuh sebanyak 2 rokaat, shalat duhur 4 rokaat, sholat asar 4 rokaat, sholat maghrib 3 rokaat dan sholat isyak 4 rokaat. As-Syiddieqy menjelaskan kedudukan shalat dalam Islam merupakan ibadah yang menempati posisi paling penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah apa pun, shalat merupakan tiang agama yang mana ibadah shalat dalam garis besarnya dibagi kepada dua jenis, pertama shalat yang difardlukan atau dinamai dengan shalat maktubah dan kedua shalat yang tidak difardlukan, dinamai shalat sunah (Zaitun & Habiba, 2013).

Dalam pembentukan karakter ini, sekolah dapat memberikan pengetahuan kepada siswanya melalui proses pembelajaran pendidikan agama islam di dalam kelas atau dengan menempelkan poster atau gambar yang menunjukkan gerakan dan bacaan sholat yang benar di sekolah sebagai media belajar siswa. Karakter yang akan nampak kita sekolah mengjarkan sholat kepada siswanya adalah pembiasaan melaksanakan sholat serta siswa dapat melakukan gerakan dan bacaan sholat dengan baik dan benar.

  • Karakter Melaksanakan Puasa

Puasa merupakan kegiatan menahan diri atau pengendalian diri yang dilakukan manusia hal-hal yang sifatnya “hawa nafsu” seperti mengendalikan hawa nafsu dari makan dan minum, amarah bahkan sampai pada pengendalian syahwat. Para ulama fikih menjelaskan puasa adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual suami isteri dan lain-lainnya, sepanjang hari menurut ketentuan syara’ yang disertai dengan menahan diri dari perkataan yang sia-sia, jorok dan lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan (Rahmi, 2015). Pembentukan karakter dari kegiatan puasa ini adalah siswa menahan emosi (amarah), sabar, ikhlas, jujur dan melatih menahan hawa nafsu terhadap kenikmatan dunia.

  • Karaker Menunaikan Zakat

Sulaiman Rasjid menjelaskan bahwa zakat merupakan kadar harta yang tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat (Ridlo, 2014). Zakat adalah memberikan sebagian harta benda kita kepada orang- orang yang berhak atau membutuhkan. Karakter yang dibentuk dengan melakukan zakat adalah baik hati, saling memberi, saling membantu, bersedekah dan peduli pada sesama manusia. Pada upaya pembentukan karakter ini sekolah dapat mengajarkan kepada siswa-siswinya tentang bagaimana melakukan amal dan membantu sesama manusia dilingkungan sekolah atau masyarakat dengan cara mengikutkan siswa dalam acara bakti sosial kepada lingkungan sekitar.

  • Karakter Melaksanakan Haji

Haji adalah ibadah yang dilakukan oleh umat muslim dengan berangkat ke baitullah (tempat suci) bagi yang mampu sebagai penyempurna dari rukun Islam. Ibnu Al-Humam mengartikan haji sebagai perjalanan menuju Baitul Haram untuk melakukan aktivitas tertentu pada waktu tertentu (Noor, 2018). Pembentukan karakter ini adalah siswa dapat diberi pengetahuan di dalam kelas tentang haji atau pengetahuan lain diluar kelas dengan melakukan praktek haji sebagai program pengembangan kecintaan dan pengetahuan siswa terhadap agama Islam. Karakter yang dapat dibentuk adalah karakter cinta kepada Allah SWT serta menambah rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

  1. Membentuk Karakter Sikap Islami Siswa

Sikap adalah bentuk reaksi psikologis seseorang yang dipengaruhi faktor eksternal atau lingkungan dan ditunjukkan dengan adanya perilaku atau tindakan tidak terlihat seperti sifat yaitu rasa, keinginan dan dorongan. Bimo Walgito menjelaskan sikap sebagai organisasi pendapat dan keyakinan seseorang tentang objek atau situasi tertentu yang disertai dengan adanya perasaan tertentu ehingga hal tersebut memberikan dasar bagi orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Kusumasari, 2015). Karakter sikap Islami yang dapat dikembangkan oleh sekolah bagi siswanya dapat mengacu pada 4 sifat yang dicintohkan oleh Rosul Allah SWT yaitu sebagai berikut:

  1. Karakter Shiddiq (Jujur)

Jujur adalah suatu sikap yang kebenarannya dapat dipercaya dan dibuktikan dengan kata-kata atau perbuatan sesuai dengan aturan atau syariat. Jujur dapat membentuk karakter siswa yang baik, adil, mudah dipercaya, dan amanah. QS. At- Taubah ayat 9 menjelaskan “wahai orang yang beriman bertawakal kepada Allah dan beradalah kalian bersama orang-orang yang benar (jujur). Jujur sebagai cerminan dari keimanan dan tergolong orang-orang yang benar.” (Muhasim, 2017). Karakter jujur dapat dilakukan oleh sekolah dengan cara memberikan contoh berkata dan bertindak yang benar kepada siswa, menanamkan pengetahuan kepada siswa akan pentingnya dan dampak jujur terhadap diri sendiri dan orang lain dalam setiap perkataan dan tindakannya baik di sekolah ataupun di masyarakat. Imam Al- Ghazali menjelaskan shiddiq merupakan jalan yang paling lurus dan juga sifat yang dapat membedakan antara orang yang munafik dan orang yang beriman (Almunadi, 2016)

  1. Karakter Amanah (Dipercaya)

Dipercaya atau percaya merupakan sikap atau sifat yang menunjukkan tingkat kejujuran seseorang dalam menginterpretasikan suatu perkataan atau perbuatan yang diiringi dengan tingkat kebenaran yang sangat tinggi. Seseorang yang memiliki karakter ini adalah orang yang berbicara atau berperilaku berdasarkan fakta dan norma, sehingga dampak dari perbuatannya tersebut seseorang dapat dengan mudah dipercaya oleh orang lain. Pembentukan karakter ini pada siswa secara tidak langsung akan membentuk karakter siswa yang jujur dan patuh pada ajaran atau norma yang berlaku. Yaumi menjelaskan amanah mempunyai karakteristik diantaranya berlaku jujur, tidak boleh membohongi, menipu, dan mencuri, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar, membangun reputasi yang baik, serta setia berpihak kepada keluarga, teman dan negara (Musyirifin, 2020).

  1. Karakter Fathanah (Cerdas / Pandai)

Cerdas atau pandai merupakan sifat yang memiliki ciri yaitu dapat memahami suatu ilmu pengetahuan. Cerdas tidak harus memiliki nilai yang bagus atau rengking yang tinggi, cerdas disini diartikan seberapa paham seseorang akan suatu pengetahuan baik yang bersifat teoritis ataupun praktis. Dampak dari pembentukan ini bagi siswa adalah siswa akan memiliki pengetahuan yang luas, dapat dengan mudah menyerap segala macam bentuk ilmu pengetahuan dan yang terpenting adalah dalam Islam yaitu siswa dapat membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang harus dikerjakan dan tidak dikerjakan sesuai dengan ajaran Islam. Toto Tasmara menyebutkan karakteristik jiwa Fathonah yaitu arif dan bijak, integritas tinggi, memiliki kesadaran untuk belajar, sikap proaktif, terpercaya dan ternama/terkenal, menjadi yang terbaik, empati dan perasaan terharu, kematangan emosi, keseimbangan, jiwa penyampai misi dan jiwa kompetensi (Musyirifin, 2020).

  1. Karakter Tabligh (Menyampaikan)

Menyampaikan dalam Islam sangat identik dengan tugasnya manusia sebagai penyebar ajaran kebaikan yang membutuhkan keterampilan menyampaikan (komunikasi) yang baik. Karakter tabligh merupakan karakter sifat yang ditunjukkan dengan adanya cara seseorang dalam melakukan komunikasi (berbicara) dengan orang lain. Pembentukan karakter ini secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa yang berani untuk mengeluarkan argumentasinya, berani untuk bertanya kepada guru jika ada suatu mata pelajaran yang tidak dimengerti, serta sopan dalam berbicara dengan orang lain. Toto Tasmara menjelaskan tabligh mencakup aspek kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insan dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu (Musyirifin, 2020).

  1. Membentuk Karakter Perilaku Islami Siswa

Perilaku adalah bentuk reaksi motorik seseorang yang ditunjukkan dengan adanya tindakan yang terlihat. Perilaku adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial (Nurfirdaus & Risnawati, 2019). Perilaku atau tindakan Islami yang dapat dikembangkan di sekolah adalah:

  1. Karakter Suka Menolong

Menolong adalah sebuah tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang dengan cara membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan dengan tujuan meringankan beban orang lain. Clarke mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang (Putra & Rustika, 2015). Secara tidak langsung, pembentukan karakter ini akan membuat siswa memiliki hati yang baik, ikhlas, rasa sosial yang tinggi dan mau menerima kekurangan orang lain. Dengan adanya tolong menolong antar sesama manusia dan anggota kelompok, maka setiap individu ataupun anggota kelompok akan merasa nyaman, tenang, dan kebutuhan setiap individu ataupun kelompok tersebut terpenuhi, baik terpenuhi secara individu ataupun dengan bantuan dari anggota kelompok lainnya (Anjani, 2018).

  1. Karakter Ramah (Sopan Santun)

Ramah atau sering disebut sopan santun adalah suatu perilaku yang dicirikan dengan adanya perkataan yang lemah lembut dan perilaku yang santun terhadap diri sendiri dan orang lain. Zuriah dan Yustiati menjelaskan sopan santun merupakan tata krama dalam kehidupan sehari-hari sebagai cerminan kepribadian dan budi pekerti luhur (Farhatilwardah, et al., 2019). Dampak dari penenaman karakter ini tentunya adalah dapat membentuk sikap siswa yang baik hati dan tidak kasar kepada teman ataupun guru, dan juga dapat di sayang orang lain baik teman, guru, orang tua ataupun masyarakat. Kurniawati, dkk menyatakan bahwa peranan guru sebagai inspirator dalam menanamkan perilaku sopan santun pada anak guru selalu berupaya menunjukkan perilaku sopan santun pada anak dengan menujukkan perilaku sopan santun dirinya didepan anak (Pertiwi, 2020).

  1. Karakter Saling Mencintai

Saling mencintai adalah karakter saling menyangangi antara siswa dengan temannya, siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah dan siswa dengan warga sekolah lainnya termasuk dengan masyarakat. Dampak dari pembentukan karakter ini adalah siswa tidak membedaka-bedakan teman atau guru, semua orang yang ada di sekolah dianggap sama oleh siswa yang memiliki satu misi yaitu belajar. Selian itu, dengan adanya karakter ini siswa dapat saling membantu teman yang kesusahan di sekolah, baik kesusahan secara materiil ataupun sosial. Suyadi menjelaksan beberapa strategi yang dapat dilakukan guru untuk menstimulasi perilaku saling menyayangi adalah menjadi contoh yang baik; mengajarkan pengenalan emosi; menanggapi dan memahami perasaan siswa; melatih pengendalian diri dan mengelola emosi; menerapkan disiplin dengan konsep empati; melatih ketrampilan komunikasi dan sosial siswa; memberi iklim positif; tidak mudah marah, sedih dan cemas; melatih empati dan peduli pada orang lain; mengajari akibat dari suatu perilaku dan beri reinforcement atas perilaku (Erpina, et al., 2016).

  1. Karakter Saling Menghargai

Saling mengharagai merupakan perilaku tidak membedakan atau perilaku tidak “condong atau memihak” yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap suatu objek yang dirasakannya. Dengan adanya karakter ini, sekolah dapat mebentuk

karakter siswa yang cinta akan perbedaan, tidak membedakan antar sesama teman, dan juga akan membentuk karakter saling menyayangi antar sesama teman. Bem (1967) menjelaskan saling menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia sebagai hal yang wajar dan tidak melanggar hak asasi manusia lainnya, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian dari lingkungan, sama seperti dirinya, tidak saling bermusuhan atau merugikan antara sesama manusia lain dan tidak menganggap manusia lain tidak rendah darinya (Wirawan &Rahman, 2018).

D.     KESIMPULAN

Pendidikan karakter adalan cara yang dilakukan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai baik kepada siswanya sehingga nilai-nilai tersebut diharapkan depot menjadi ciri khas pada diri siswa dan depot diterapkan dilingkungan sekolah ataupun masyarakat. Sedangkan pendidkan Islam adalah suatu proses pendikan yang dasar pemikiran dan materinya berlandaskan pada ajara Islam. Sehingga depot disimpulkan bahwa pendidikan karakater Islam adalah upaya yang dilakukan oleh guru atau sekolah untuk membentuk pribadi siswa yang agamis dan berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadits).

Adapaun cara yang depot dilakukan oleh sekolah untuk membentuk karakter islami siswa adalah depot menanamkan nilai-nilai agama Islam memalui proses pembelajaran baik di dalam kelas ataupun di luar kelas atau dengan memeberikan contoh perbuatan atau perkataan yang baik kepada siswa. Adapaun karakter Islam yang depot ditanamkan pada siswa adalah pertama karakter keimanan dengan menanamkan keyakinan pada siswa melalui yakin pada rukun Iman (percaya kepda Allah SWT, percaya pada kitab Allah SWT, percaya pada nabi, percaya pada malaikat, percaya pada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, dan percaya pada hari kiamat) serta yakin pada rukun Islam (membaca syahadat, sholat, zakat, berpuasa dan haji). Kedua pembentukan karakter sikap Islami yaitu jujur, dapat dipercaya, cerdas, dan menyampaikan. Ketiga pembentukan karakter perilaku Islami yaitu suka menolong, ramah, saling mencintai dan saling menghargai.

 

DAFTAR PUSTAKA

Almunadi. (2016). Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab. JIA, August, 127–138.

Anjani, K. Y. (2018). Hubungan antara Empati dengan Perilaku Prososial pada Siswa SMK Swasta X di Surabaya. Character: Jurnal Psikologi, 5(2), 1–6.

Awwaliyah, R., & Baharu, H. (2018). Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Telaah Epistimologi Terhadap Problematika Pendidikan Islam). Jurnal Ilmiah Didaktika, 19(1), 34–49. https://doi.org/10.51468/jpi.v1i2.13

Baidowi, A. (2020). Penanaman Karakter Pada Siswa Melalui Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler Di Sekolah Dasar Terpadu Islam. EDUCARE: Journal of Primary Education, 1(3), 303–322. https://doi.org/10.35719/educare.v1i3.31

Erpina, Y., Syukri, M., & Thamrin, M. (2016). Peningkatan Perilaku Saling Menyayangi pada Anak Usia 4-5 Tahun di Taman Kana-kanak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(5), 1–15. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/15444/13611

Farhatilwardah, F., Hastuti, D., & Krisnatuti, D. (2019). KARAKTER SOPAN SANTUN REMAJA : Manners Character of Adolescence : Influence of Parental Socialization Method and Self Control. Jur. Ilm. Kel. & Kons., 12(2), 114–125.

Firmansyah, M. I. (2019). Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar Dan Fungsi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 17(2), 79–90.

Hariyani. (2014). Nilai Keislaman dalam Novel Syahadat Cinta Karya Taufiqurrahman Al-Azizy.

Jurnal Pendidikan Humaniora, 2(3), 283–293.

Indana, N., Fatiha, N., & Ba’dho, A. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Analisis Buku Misteri Banjir Nabi Nuh Karya Yosep Rafiqi) Nurul. Ilmuna, 2(2), 106–120.

Karim, P. A. (2017). Mema’nai Syahadatain Dan Keutamaannya Dalam Kehidupan. Nizhamiyah: Jurnal Pendidikan Islam Dan Teknologi Pendidikan, VII(2), 112–125.

Kusumasari, R. N. (2015). Lingkungan sosial dalam perkembangan psikologis anak. Jurnal Ilmu

Komunikasi, II(1), 32–38.

Mahmudi, M. (2019). Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistemologi, Isi, Dan Materi. TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(1), 89–105. https://doi.org/10.30659/jpai.2.1.89-105

Muhasim. (2017). Budaya Kejujuran Dalam Menghadapi Perubahan Zaman (Studi Fenomenologi Masyrakat Islam Modern). Palapa: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 5(1), 174– 195.

Muhsinin, M. (2013). Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Islam Untuk Membentuk Karakter Siswa Yang Toleran. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2), 205–228. https://doi.org/10.21043/edukasia.v8i2.751

Musyirifin, Z. (2020). Implementasi Sifat-Sifat Rasulullah dalam Konseling Behavioral. Al – Irsyad : Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 11(2), 151–159. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alirsyad/article/view/2088

Noor, M. (2018). Haji Dan Umrah. Jurnal Humaniora Dan Teknologi, 4(1), 38–42.

Normawati, N., & Hasriana, H. (2018). Pentingnya Pembentukan Karakter dalam Rangka Pendidikan Menuju Perbaikan Bangsa. Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 13(2), 40– 44.

Nurfirdaus, N., & Risnawati. (2019). Studi tentang Pembentukan Kebiasaan dan Perilaku Sosial Siswa (Studi Kasus di SDN 1 Windujanten). Jurnal Lensa Pendas, 4(1), 36–46. http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/lensapendas/article/download/486/339/

Omeri, N. (2015). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Manajer Pendidikan, 9(3), 464–468. https://doi.org/10.25157/j-kip.v2i3.6156

Pertiwi, H. (2020). Menumbuhkan Sikap Sopan Santun Dalam Kehidupan Sehari – Hari Melalui Layanan Klasikal Bimbingan Dan Konseling Kelas XI SMA Negeri 3 Sukadana. Jurnal Inovasi Bimbingan Dan Konseling, 2(2), 65–69. https://doi.org/10.30872/ibk.v2i2.652

Putra, I. D. G. U., & Rustika, I. M. (2015). Hubungan Antara Perilaku Menolong Dengan Konsep

Diri Pada Remaja Akhir Yang Menjadi Anggota Tim Bantuan Medis Janar Duta Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 2(2), 198–205. https://doi.org/10.24843/jpu.2015.v02.i02.p08

Rahmi, A. (2015). Puasa Dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik Dan Mental Spiritual. Serambi Tarbawi: Jurnal Studi Pemikiran, Riset Dan Pengembangan Pendidikan Islam, 3(1), 89–106.

Ridlo, A. (2014). Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Al-“Adl, 7(1), 119–137.

Santi, N. E., & Kahirunnisa. (2029). Mutiara Terpendam ( Analisis Teks ) Dalam Novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra. Al- Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2), 675–686. https://doi.org/10.32505/ikhtibar.v6i2.608

Sahroni, D. (2017). Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar Bimbingan Dan Konseling, 1(1), 115–124. http://pasca.um.id/conferences/index.php/snbk

Shofaussamawati, S. (2016). Iman dan Kehidupan Sosial. Riwayah : Jurnal Studi Hadis, 2(2), 211–224. https://doi.org/10.21043/riwayah.v2i2.3133

Utari, S., Mustafa, M. N., & Syafrial. (2019). Ekspresi Religi Islam dalam Novel Ayat-ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman El Shirazy. Jurnal Tuah: Pendidikan Dan Pengajaran Bahasa, 1(1), 1–7.

Wirawan, R. A., & Rahman, M. Z. (2018). Hubungan Antara Pemahaman Diri Dengan Sikap Saling Menghargai Siswa Kelas Viii Smp. GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan                                                      Pendidikan,                              6(2),                             7–13. http://journal.ummat.ac.id/index.php/geography/article/view/1417

Zaitun, & Habiba, S. (2013). Implementasi Sholat Fardhu Sebagai Sarana Pembentuk Karaktermahasiswa Universitas Maritimraja Ali Haji Tanjungpinang. Ta’lim: Juirnal Pendidikan Islam, 11(2), 153–168.

Similar Posts