Hakikat Ajaran Islam

prof-kh-ibrahim-hosen_220406160832-968

Pemahaman, penghayatan dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh pada zaman Nabi Muhammad SAW telah membuahkan manusia muslim yang paripurna, manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT. Latar belakang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, adat istiadat, kebudayaan, status sosial, pendidikan, kemajuan pengetahuan dan teknologi dan lain-lainnya telah mempengaruhi pemikiran, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam. Masalah mendesak yang perlu penanganan segera ialah bagaimana memformulasikan ajaran Islam secara sistematis, praktis dan pragmatis yang mencakup semua isi ajaran Islam dan bagaimana penyajiannya secara efektif dan efisien sehingga mudah diserap oleh umat. Hakikat ajaran Islam ialah ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT, yang terpencar pada iman Islam dan ihsan dalam melaksanakan hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta menuju keselamatan dan kesejahteraan lahir dan batin serta dunia dan akhirat yang tercermin pada manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dalam tatanan masyarakat baldatun thayyibatun wa rabbun ghofurun. Dalam abad teknologi dengan berbagai ciri dan dampaknya, di samping melakukan pendekatan seperti yang telah dilakukan selama ini perlu juga melakukan pendekatan etis filosofis dengan melalui berbagai media. demikian antara lain kesimpulan uraian Prof. K.H. Ibrahim Hosen LML, Ketua Majelis Ulama Indonesia dalam makalahnya tentang “Hakikat Ajaran Islam” Pada Temu Wicara BMOIWI tanggal 17 febuari 1985 di Jakarta. Pada awal uraiannya beliau mengemukakan bahwa gambaran kualitas umat Islam Indonesia dalam pengamatan sepintas lalu belum menggembirakan. nilai-nilai ajaran Islam yang “ya’lu wa laa yu’la ‘alaih” Belum tercermin lewat gambaran kehidupan umatnya, sehingga predikat umat Islam sebagai “Ummatan wasatha” belum menjadi kenyataan. Informasi tentang kehidupan umat memberikan gambaran yang memprihatinkan. Dalam kehidupan sehari-hari acapkali menampakan keganjilan keganjilan bila dikaitkan dengan tuntunan ajaran Islam. Kehidupan umat Islam pada zaman Nabi dan para sahabat yang menerima dan menghayati ajaran Islam secara utuh dengan sepenuh hati dan keyakinan disertai pengamalan dengan dasar ketaatan dan kepatuhan untuk mencapai ridho Allah Semata belum kita miliki. Iman sebagai aspek batiniah, Islam sebagai aspek amaliah dan ihsan sebagai aspek sosial sebelum kita amalkan secara singkat. unsur rasa, cipta yang ada pada setiap diri manusia belum ada keselarasan Dengan pemahaman, penghayatan dan Pengamalan ajaran Islam. Di sisi lain beliau melihat bahwa ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis telah banyak diterjemahkan, dan dijabarkan oleh para ahli sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Dari pemahaman dan pengkajian itu lahirlah ilmu-ilmu keislaman dalam formulasi akidah, syariah, akhlak dan sebagai yang dimensi vertikal (hubungan manusia dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan manusia dengan manusia dan alam semesta). Islam adalah dinullah, kendatipun diturunkan di abad onta dan di dunia Arab, tapi Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, universal dan up to date, untuk seluruh umat. Sesuai dengan segala kondisi dan keadaan selama kehidupan dalam jagat raya ini belum berhenti berdenyut. Islam adalah dinullah yang utuh, mencakup semua aspek kehidupan manusia lahir dan batin, individu dan masyarakat serta dunia dan akhirat yang berkaitan. karena mengenai hari dan bentuk keseluruhan. Membicarakan hakikat ajaran Islam sejak dari eksistensi manusia di muka bumi dan eksistensi berbagai agama. Manusia adalah makhluk dan hamba Allah yang berfungsi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an antara lain : “Hai manusia, sesungguhnya kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…” (QS. Al-Hujurat: 13) “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang aku, ku maka jawablah bahwasanya aku adalah dekat…” (QS. Al-Baqarah: 186) “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku” (QS. Adz-Dzaariat: 56) “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (QS. Al-Baqarah: 30) “Dan Kepada Tsamud (kami utus) sodara mereka Saleh. Saleh berkata: hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunanya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hambaNya)”. (QS. Hud: 61). Eksistensi berbagai agama adalah merupakan sunnatullah. Karenanya, adalah wajar kalau di muka bumi ini kita dapati berbagai macam agama dan faham. Dalam Al-Qur’an antara lain ditegaskan: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu umat saja, tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakinya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan…” (QS. An-Nahl: 93). Alat kesempurnaan manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah, yaitu beribadah dan sebagai khalifah Allah, yaitu membina kemakmuran, peradaban dan kebudayaan di atas bumi, Allah memberikan akal, wahyu/agama dan alam. akal berfungsi untuk berfikir, menterjemahkan dan menjabarkan ajaran-ajaran Allah yang tertera dalam nash dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat dalam alam semesta. Wahyu/agama adalah merupakan tuntunan dan pedoman bagi manusia dalam mengendalikan akal dan melaksanakan tugasnya sehingga tetap berada pada eksistensinya. sednagkan alam adalah saran penunjang kehidupan yang perlu dipelihara dan diolah untuk kemaslahatan umat manusia. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan dalam pergantian siang dan malam ada tanda-tanda bagi Ulul Albab. yaitu orang-orang yang berdzikir mengingat Allah sambil berdiri atau kau dalam keadaan dan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Ali Imran: 190-191). “Ialah yang menurunkan hujan dari langit. airnya menjadi minuman bagimu. airnya menjadi minuman bagimu. Dan (menumbuhkan) tanaman di mana ternak kamu gembalakan. dengan hujan itu Ia tumbuhkan bagimu gandum dan zaitun, kurma dan anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya semua itu merupakan tanda bagi orang-orang yang menggunakan fikiran” (QS. An-Nahl: 10-11). Manusia asalnya tidak ada, kemudian ada dan kembali tidak ada. Keberadaan manusia di dunia adalah merupakan salah satu episode dari lelakon kehidupan. bila sampai saatnya, manusia akan meninggalkan dunia yang fana ini, berpisahnya jasad dan ruh dalam suatu peristiwa yang disebut mati. Setiap manusia dan setiap makhluk bernyawa tak dapat menghindari peristiwa itu yang disebut ajal. Hidup adalah perjuangan (jihad) untuk melaksanakan amanat Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya, dalam rangka mencapai keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin, jasmaniah dan rohaniah, dunia dan akhirat. “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikul lah amanat itu oleh manusia. sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. al-Ahzab: 72). Kehidupan di dunia akan menentukan kehidupan di akhirat, artinya antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat mempunyai sangkut paut yang sangat erat. Kebahagiaan di dunia tidak mungkin akan didapat tanpa usaha, demikian pula kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan di akhirat sangat bergantung kepada amaliyahnya sebagai pelaksanaan amanat Allah. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan Kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77). “Berbuatlah untuk bekal duniamu, seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu, seolah engkau mati besok pagi” (Al-Hadits). Amanat Allah itu adalah din (yang diterjemahkan agama) Allah yang garis besarnya meliputi amanat ibadah dan amanat Khalifah. Amanat ibadah bertalian dengan hubungan manusia terhadap Allah (hablum minallah), sedangkan amanat khalifah bertalian dengan hubungan sesama manusia (hablum minannas) dan manusia dengan alam semesta. “Mereka ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia.” (QS. Ali Imran: 112) Dalam sejarahnya, dinullah semula adalah Islam. Dasar-dasarnya tidak berubah yaitu mengimani kepada Allah, kepada rasulnya, kitab-kitabnya, para Malaikat dan sebagainya. Yang mengalami perkembangan dan perubahan ialah hal-hal yang berhubungan dengan syariat. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah syariat agama sebelumnya. Syariat yang dibawa Nabi Muhammad akan kekal sampai hari kiamat, karena sesuai dengan perkembangan waktu dan sesuai dengan perkembangan tempat. “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam…” (QS. Ali Imran: 19). “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran: 85) “…Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan nikmatku kepadamu, dan telah ku ridhoi Islam itu agama bagimu..” (QS. al-Maidah: 3) Menurut bahasa, kata “Islam” berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin; perdamaian dan keamanan; menyerahkan diri, tunduk dan taat. menurut arti syara’, Islam ialah mentauhidkan Allah serta tunduk, patuh dan mengikhlaskan hati kepadanya. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang makna Islam, diantaranya: “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.” (QS. Az-Zumar: 54) “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisa :125) “Katakanlah (Muhammad), “Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Al-An’am: 14) “Katakanlah (ya Muhammad). Sesungguhnya aku dilarang yang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam” (QS. Al-Mu’minun: 66) Aspek-aspek ajaran Islam dapat dilihat dari berbagai segi. Bila diklasifikasikan dari segi materi ajarannya maka kita dapatkan bidang-bidang keimanan; individual/syakhsiyah yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan pembinaan pribadi; sosial/ijtimaiyah yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan kemasyarakatan; dan alamiah yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan alam semesta. Bila diklasifikasikan dari segi pelaksanaannya (pengamalan) ajaran-ajarannya pada garis besarnya meliputi; hubungan manusia dengan Allah; hubungan manusia dengan manusia; hubungan manusia dengan alam semesta. Bila diklasifikasikan menurut bidang-bidang hidup dan kehidupan manusia kita dapatkan bidang-bidang ajaran Islam antara lain; akidah, ibadah, akhlak, keluarga, kemasyarakatan, sosial politik, sosial ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kejasmanian, keterampilan, kesehatan, dsb. Ajaran Islam yang begitu luas, pada hakekatnya Dinul Islam memancar dalam Iman, Islam, dan Ihsan. Iman; merupakan keyakinan dan kepercayaan yang kokoh dan mendalam dalam jiwa, sebagai dasar dari perilaku. Islam; adalah ketundukan, kepatuhan dan ketaatan untuk melaksanakan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya yang lahir dari keimanan/keyakinan. Ihsan; merupakan ruh dan jiwa keimanan dan pengabdian kepada Allah dari segala segi dan seluruh gerak dan dalam hidup dan kehidupan. “Iman adalah mempercayai kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhirat dan takdir baik takdir buruk” (Hadis). “Islam itu adalah kesaksian tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan salat, memberi zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.” (Hadis) “Ihsan itu adalah menyembah Allah, seolah-olah engkau melihatnya, karena walaupun engkau tidak melihatnya tetapi sesungguhnya Allah melihatmu” (Hadis). Pelaksanaan ajaran Islam menuju pada pencapaian cita-cita hidup manusia yang hakiki yang mempunyai tiga kerangka yaitu : 1. Terbinanya pribadi muslim yang paripurna (Insan Kamil) yang pada umumnya disebut sebagai manusia takwa; yakni insan yang telah memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran ajaran Islam dalam semua aspek hidup dan kehidupan manusia Mukmin muslim dan Muhsin. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu…” (QS. Al-Hujurat: 13) Dalam kehidupan sehari-hari, maka potret orang yang bertakwa itu ialah orang yang mendekatkan diri kepada Allah atau Memautkan dirinya dengan Allah, Manusia dan alam semesta; berdzikir dan bersujud kepada Allah, menyerahkan dirinya (termasuk fikiran, tenaga dan harta) kepada Allah dengan beramal untuk diri, keluarga dan masyarakat dengan memanfaatkan alam beserta isinya. 2. Masyarakat yang aman tentram, sejahtera lahir dan batin yang mendapatkan ridho Allah SWT yang disebut “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”. Dalam bahasa GBHN disebut “keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kepentingan keduniaan dan keakhiratan, antara kepentingan material dan spiritual, antara kepentingan jiwa dan raga, antara kepentingan individu dan masyarakat, antara kepentingan perikehidupan darat, laut dan udara, serta antara kepentingan nasional dan internasional”, atau ringkasnya, “masyarakat adil dan makmur yang merata materi dan spiritual”, ditambah yang diridhoi oleh Allah SWT”. 3. Keridaan Allah SWT “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah: 201) “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda kekuasaan Allah di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan: Makanlah olehmu dari rizki yang dianugerahkan Tuhan-Mu dan bersyukurlah kamu kepadanya. Negerimu adalah Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”. (QS. As-Saba’: 15) Takwa adalah merupakan profil pelaksanaan ajaran Islam seutuhnya yang intinya meliputi, Islam dan Ihsan. dengan takwa, secara pasti akan menghasilkan kebahagiaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Similar Posts